Membaca untuk Pengembangan Pengetahuan



Banyak cara yang bisa ditempuh agar seseorang memperoleh pengetahuan. Salah satunya yang paling sering dilakukan adalah melalui membaca. J.P. Chaplin (2006) memberikan rumusan membaca sebagai “persepsi visual dari kata-kata beserta artinya”. Definisi ini tampaknya lebih menekankan pengertian membaca sebagai kegiatan seseorang untuk memperoleh pengetahuan melalui sumber-sumber tekstual, seperti buku, artikel, koran dan sebagainya, dengan menggunakan mata atau pandangan sebagai alat utamanya. Jika diperluas lagi, pengertian membaca disini sebenarnya tidak hanya persepsi visual terhadap bentuk rangkaian kata-kata (verbal) tetapi juga dapat berbentuk simbol-simbol lainnya, seperti angka, gambar, diagram, tabel yang di dalamnya memiliki arti dan maksud tertentu.
Membaca untuk Pengembangan Pengetahuan
Melalui aktivitas membaca, seseorang dapat mengenal suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan. Bahkan lebih dari itu, melalui aktivitas membaca seseorang dapat mencapai kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga mengevaluasi suatu objek atau kejadian tertentu.
Adalah hal yang keliru jika memandang aktivitas membaca seolah-olah hanya “milik orang-orang sekolahan”, sehingga orang-orang yang tidak bersekolah dianggap tidak perlu lagi melakukan aktivitas membaca. Membaca pada dasarnya milik semua orang dan siapa pun dapat melakukannya. Demikian juga dengan bahan yang dibacanya, tidak hanya berhubungan dengan hal-hal yang “serba serius”, dalam arti memerlukan proses kognisi tingkat tinggi, tetapi juga dapat berupa hal-hal yang ringan dan sederhana untuk sekedar memenuhi rasa ingin tahu seseorang, misalnya untuk memperoleh informasi tentang hasil pertandingan sepakbola, atau peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi pada suatu saat tertentu.
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, aktivitas membaca tidak hanya dilakukan melalui tulisan yang disajikan di atas kertas, tetapi juga dapat dilakukan melalui tulisan elektronis, yang mungkin dalam penyajiannya akan jauh lebih menarik dan atraktif
Secara psikologis, aktivitas membaca senantiasa melibatkan aspek fisik-motorik, seperti, kondisi mata yang akan menentukan jarak pandang, posisi duduk, gerak tangan, kondisi kesehatan dan sebagainya. Selain itu, dalam aktivitas membaca akan melibatkan pula aktivitas psikis, terutama aktivitas kognitif dan afektif. Aktivitas kognitif diantaranya berkaitan dengan upaya untuk mengasimilasi dan mengakomodasi kata-kata atau gambar (informasi) yang sedang dipersepsinya (teori Kognitif Piaget). Seseorang akan lebih mudah mencerna suatu bacaan apabila bacaan tersebut memiliki kesesuaian dengan struktur atau skema kognitif yang telah dimiliki sebelumnya. Seorang ahli pendidikan cenderung lebih cepat menangkap arti dan makna yang terkandung dalam sebuah tulisan atau bacaan tentang pendidikan, karena besar kemungkinan isi bacaan tersebut memiliki kesesuaian dengan struktur atau skema kognitif yang telah dimilikinya. Namun, jika dia harus membaca buku atau tulisan lain di luar keahliannya, mungkin dia akan mengalami kesulitan tersendiri untuk menangkap isi yang terkandung dalam tulisan.
Sedangkan aktivitas afektif diantaranya berkaitan dengan senang-tidak senang atau penting-tidak penting terhadap apa yang akan atau sedang dibacanya. Jika seseorang merasa senang dan termotivasi untuk mengetahui isi suatu bacaan, maka dia cenderung untuk memberikan intensitas yang lebih tinggi untuk mempersepsi setiap isi tulisan yang ada. Seseorang yang kurang termotivasi untuk memperoleh pengetahuan biasanya cenderung jarang melakukan aktivitas membaca. Jangankan membaca tulisan yang serba serius, untuk membaca yang ringan-ringan pun cenderung kurang atau tidak akan tertarik sama sekali.
Banyak alasan kenapa seseorang tidak termotivasi untuk membaca, mulai dari ketidakmampuannya untuk menangkap isi tulisan (daya ingat menurun) sampai dengan alasan sibuk tidak memiliki waktu atau kurangnya sumber bacaan karena alasan ekonomi. Celakanya, hal ini kadang-kadang atau mungkin sering terjadi justru di kalangan siswa/mahasiswa atau para guru yang sesungguhnya kepada mereka dituntut untuk memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bidang yang sedang dipelajari atau diajarkannya.
Anda mungkin bisa bertanya kepada para siswa/mahasiswa apakah mereka memiliki buku untuk setiap mata pelajaran/mata kuliah yang diajarkan. Pasti akan ditemukan siswa/mahasiswa yang tidak memiliki buku untuk mata kuliah atau mata pelajaran tertentu. Betapa pentingmya membaca buku di kalangan siswa/mahasiswa sehingga di beberapa negara maju dalam kegiatan pembelajaran telah menekankan kewajiban minimal membaca beberapa buku kepada para siswanya untuk suatu mata pelajaran tertentu. Selanjutnya, kepada mereka diminta untuk menceritakan kembali inti atau pokok-pokok kandungan dari buku yang telah dibacanya. Hampir bisa dipastikan, semakin banyak buku yang wajib dibacanya, semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.
Anda juga bisa bertanya kepada para guru, berapa buku yang dimiliki dan pernah dibacanya berkaitan dengan kegiatan pengembangan kurikulum saat ini. Niscaya, Anda akan menemukan guru yang sudah sekian lama tidak lagi membaca buku-buku yang terkait dengan mata pelajaran yang diampunya, sehingga bahan ajar yang diberikan kepada para siswa pun hanya berupa pengetahuan peninggalan masa lampau, yang mungkin sudah tidak selaras lagi dengan tuntutan perkembangan saat ini. Selanjutnya Anda pasti bisa memprediksi sendiri, seperti apa produk pendidikan yang dihasilkan oleh guru yang kurang membaca semacam ini.
Terkait dengan proses pembelajaran di sekolah/perguruan tinggi, meski saat ini proses pembelajaran lebih cenderung mengedepankan pendekatan kontekstual, namun bukan berarti pendekatan pembelajaran tekstual diabaikan. Pembelajaran tekstual melalui pengkajian berbagai buku, jurnal dan bentuk-bentuk karya tulis lainnya, baik yang disajikan di atas kertas maupun elektronis, masih tetap diperlukan terutama untuk kepentingan pengembangan pengetahuan (kognitif) siswa/mahasiswa . Untuk itulah, para siswa/mahasiswa seyogyanya didorong untuk memiliki kegemaran membaca dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan utama. Dalam hal ini, tentu saja sekolah/perguruan tinggi seyogyanya dapat memberikan kemudahan bagi para siswa/mahasiswa dan guru/dosen dengan menyediakan sumber-sumber bacaan yang lengkap dan beragam, baik yang tersedia di perpustakaan maupun yang tersedia secara on line. Anggaran untuk penyediaan buku-buku dan kemudahan akses internet tampaknya perlu menjadi perhatian utama di sekolah. Ketersediaan buku-buku yang lengkap serta kemudahan mengakses internet tampaknya bisa dijadikan sebagai salah satu indikator sekolah yang baik untuk mengukur kinerja sekolah.


Artikel Terkait:




Share your views...

0.komentar untuk "Membaca untuk Pengembangan Pengetahuan"

Posting Komentar

 

Categories

Makalah (33) Artikel (24) Khutbah (19) Tuntunan (10) Kisah Teladan (8) luar biasa (1)

visitor

Pengikut

© 2010 Dunia Kampus All Rights Reserved Thesis WordPress Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors.info


Tutup [x]